Jelang Pemilihan, Media Asing Soroti Dukungan Dua Sosok Kontroversi ini ke Anies

JAKARTA – Media asing Nikkei Asia menyoroti dukungan Abu Bakar Baasyir terhadap calon presiden 01, Anies Baswedan di Pemilihan Presiden 2024, dalam artikel yang berjudul Radical Indonesian cleric gives backing to presidential hopeful Anies.

“Calon presiden Indonesia Anies Baswedan mendapat dukungan dari seorang ulama penghasut yang pernah menjadi pemimpin spiritual kelompok ekstremis di balik pemboman Bali tahun 2002, serangan teroris paling mematikan di negara ini,” tulis Nikkei Asia.

Dalam rekaman audio yang menjadi viral di media sosial bulan ini, Abu Bakar Baasyir, yang kini berusia 85 tahun, menggambarkan Anies yang merupakan mantan Gubernur Jakarta sebagai kandidat yang “akan berusaha memerintah negara ini dengan hukum Islam semaksimal mungkin.

Dukungan dari Abu Bakar Bashir, terhadap Anies Baswedan hanya seminggu sebelum Pemilihan Presiden 2024 pada 14 Februari 2024 di belakang capres nomor urut 02, Prabowo Subianto yang sekaligus merupakan Menteri Pertahanan.

Meskipun dukungan ulama tersebut dapat membantu Anies memenangkan beberapa suara, dukungan resmi dari Bashir dan tokoh agama garis keras lainnya dapat menjadi bumerang bagi Anies di negara dengan puluhan juta pemilih Muslim moderat dan non-Muslim, kata para analis tulis Nikkei Asia.

“Deklarasi Abu Bakar Bashir akan berdampak buruk bagi Anies karena semakin memperkuat pandangan masyarakat bahwa Anies adalah bapak politik identitas yang didukung kelompok radikal, kata Muhamad Taufiqurrohman, peneliti senior Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR) di Jakarta. “Bashir mendukung Anies karena ia memandang Anies sebagai calon presiden yang paling mungkin mendukung penerapan hukum syariah dan pembentukan kekhalifahan di Indonesia.”

Abu Bakar Bashir ternyata bukan satu-satunya tokoh garis keras yang mendukung Anies. Capre nomor 01 itu juga mendapat dukungan dari Abdul Somad, seorang pengkhotbah yang ditolak masuk ke Singapura pada tahun 2022 karena dianggap mengajarkan ekstremis dan segregasionis.

“Dukungan dari ulama garis keras… berfungsi sebagai pengingat bagi komunitas non-Muslim di Indonesia dan Muslim moderat mengenai apa yang dilakukan Anies terhadap Ahok pada tahun 2017, dan akan menghalangi [mereka] untuk memilih dia,” kata Alexander Arifianto, peneliti senior di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) yang berbasis di Singapura.

Anies saat itu berhasil memenangkan pemilihan Gubernur Jakarta tahun 2017 dengan mengalahkan saingannya, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, yang saat itu merupakan orang Kristen keturunan Tionghoa pertama yang memegang jabatan puncak di kota tersebut.

“Dukungan terhadap pengkhotbah Islam seperti Abdul Somad dan gerakan 212 akan lebih berperan dalam meraih suara konservatif dibandingkan dengan Bashir, yang merupakan tokoh yang terpinggirkan karena pandangannya yang ekstrem terhadap Islam,” kata Arifianto.

Prabowo yang saat ini berumur 72 tahun, adalah kandidat terdepan, dengan perolehan suara sebesar 48,55% dalam survei terbaru Indikator Politik Indonesia, diikuti oleh Anies dengan 24,17% dan mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, 55 tahun, dengan 21,6%.

Anies juga berusaha mendapatkan suara dari Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Muslim terbesar di Indonesia, dengan sekitar 90 juta pengikut.

Muhaimin Iskandar, anggota NU dan ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), mengincar suara di provinsi kubu NU, Jawa Timur, memiliki jumlah pemilih terdaftar terbesar kedua di Indonesia, yaitu 31,4 juta.

“Dia butuh suara signifikan dari NU, khususnya di daerah pertarungan,” kata Arifianto. “Anies memiliki peluang kompetitif karena ia didukung oleh kelompok Islam garis keras dan sekarang oleh sebagian besar ulama NU di Jawa Timur.”

Tinggalkan Balasan