Hasil survei terbaru dari berbagai lembaga survei terhadap tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 setelah melewati debat terakhir pada Minggu (4/2/2024) lalu.
Dari lima kali debat yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), masyarakat dapat menilai performa para pasangan calon (paslon) saat beradu gagasan sebagai bahan pertimbangan.
Sejumlah lembaga survei pun mengungkap elektabilitas tiga paslon dalam kurun waktu Januari hingga Februari 2024.
Jajak pendapat ini dapat menjadi gambaran popularitas capres-cawapres menjelang hari pencoblosan pada 14 Februari 2024.
Pasalnya, kurang dari seminggu, masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih harus menentukan pilihan dan menggunakan hak suara saat hari pencoblosan di bilik suara.
Lantas, bagaimana elektabilitas capres-cawapres menurut berbagai survei terbaru?
Populi Center
Lembaga survei Populi Center menunjukkan elektabilitas pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menjadi yang paling tinggi dengan angka 52,5 persen.
Sementara, pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD masing-masing berada di posisi 2 dan 3.
“Pada simulasi pasangan capres-cawapres, pasangan dengan tingkat keterpilihan tertinggi adalah Prabowo-Gibran 52,5 persen, disusul Anies-Muhaimin 22,1 persen, dan Ganjar-Mahfud 16,9 persen,” tulis Populi dalam keterangannya, Rabu (7/2/2024).
“Adapun yang belum memutuskan sebesar 6,3 persen, dan menolak menjawab sebesar 2,2 persen,” sambungnya.
Populi menjelaskan, Prabowo-Gibran banyak mendapat dukungan dari gen z dan milenial, serta pemilih tua.
Angka pemilih muda yang memilih Prabowo-Gibran meningkat dari 49 persen menjadi 57,6 persen.
Sedangkan generasi yang lebih tua meningkat dari 42,6 persen menjadi 47,9 persen.
Selanjutnya, Populi mendapati elektabilitas Anies-Muhaimin stagnan.
“Berdasarkan sebaran wilayah pulau, tidak ada perubahan dukungan yang berarti. Meski demikian, hasil indikatif menunjukkan terdapat penurunan dukungan kepada Anies-Muhaimin dari pemilih yang tinggal di wilayah Indonesia Timur,” tutur Populi.
Sementara itu, Ganjar-Mahfud cenderung mengalami penurunan dari temuan Populi, dari yang tadinya memiliki elektabilitas 18,9 persen menjadi 16,9 persen.
Populi menyebut pemilih PDI-P yang memilih Ganjar-Mahfud berkurang lebih dari 10 persen.
“Di Pulau Jawa Tengah dan Timur, dukungan pada Ganjar-Mahfud berkurang dari survei sebelumnya sebesar 35,4 persen menjadi 28,9 persen,” imbuh Populi.
Adapun survei nasional Populi ini digelar pada 27 Januari-3 Februari 2024. 1.500 responden dilibatkan dari 38 provinsi berdasarkan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Metode penentuan responden secara acak bertingkat.
Wawancara dilakukan secara tatap muka. Margin of error survei ini berada di angka +- 2,53 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasil survei Populi Center:
- Pasangan Prabowo -Gibran: 52,5 persen.
- Pasangan Anies-Muhaimin: 22,1 persen.
- Pasangan Ganjar-Mahfud: 16,9 persen.
Poltracking
Poltracking Indonesia merilis hasil survei terkait dukungan tiga capres dan cawapres di Jawa Timur (Jatim).
Direktur Riset Poltracking Indonesia Arya Budi menyebutkan, dukungan pada paslon nomor urut 02, Prabowo-Gibran unggul sebesar 60,9 persen.
Ganjar-Mahfud menduduki peringkat kedua dengan perolehan 16,3 persen, sedangkan pasangan Anies-Muhaimin Iskandar di posisi ketiga sebesar 15,3 persen.
Poltracking menunjukkan, sebagian pemilih di Jawa Timur yang merasa dekat dengan organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU) condong memilih pasangan Prabowo-Gibran.
“Sisanya tersebar, baik ke Anies-Muhaimin maupun Ganjar-Mahfud. Meskipun secara basis identitasnya Muhaimin maupun Mahfud sama-sama secara eksplisit berada dari kelompok Nahdlatul Ulama,” kata Arya, dilansir dari Kompas.com Jumat (9/2/2024).
Survei Poltracking Indonesia diambil dalam kurun waktu 25-31 Januari 2024 menggunakan metode stratified multistage random sampling.
Dengan margin of error lebih kurang 1,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Elektabilitas capres-cawapres di Jawa Timur menurut Poltracking:
- Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka: 60,9 persen
- Ganjar Pranowo-Mahfud MD: 16,3 persen
- Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar: 15,3 persen.
Poltracking menggelar survei secara nasional melalui wawancara tatap muka pada 1-7 Januari 2024.
Survei tersebut mengambil sampel 1.220 responden dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Elektabilitas capres-cawapres secara nasional menurut Poltracking:
- Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka: 46,7 persen
- Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar: 26,9 persen
- Ganjar Pranowo-Mahfud MD: 20,6 persen.
Charta Politika
Survei Charta Politika memperlihatkan elektabilitas atau tingkat keterpilihan pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran berada di posisi teratas, dengan angka 42,2 persen.
Dikutip dari Kompas.com, survei nasional yang berlangsung pada 4-11 Januari 2024 ini menempatkan Ganjar-Mahfud di urutan kedua dengan elektabilitas sebesar 28 persen.
Sementara itu, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berada di urutan terakhir dengan angka 26,7 persen.
Survei ini digelar dengan metode multistage random sampling terhadap 1.220 responden di seluruh Indonesia.
Dengan margin of error di angka 2,82 persen.
Elektabilitas capres-cawapres menurut Charta Politika:
- Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka: 42,2 persen
- Ganjar Pranowo-Mahfud MD: 28 persen
- Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar: 26,7 persen.
Lembaga Survei Indonesia (LSI)
Hasil survei LSI Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan, elektabilitas paslon Prabowo-Gibran unggul dibandingkan dua pasangan lainnya.
Tingkat elektoral Prabowo-Gibran pada Januari mencapai 47,0 persen, tercatat naik sekitar 1 persen daripada survei periode sebelumnya pada Desember 2023.
Dilansir dari Kompas.com, urutan kedua ada pasangan capres-cawapres nomor urut 1 Anies-Muhaimin mengekor dengan elektabilitas 23,2 persen.
Sementara di urutan ketiga, ada pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar-Mahfud, yang elektabilitasnya sebesar 21,7 persen.
Melibatkan 1.206 responden yang dipilih secara acak melalui metode double sampling, jajak pendapat dilakukan melalui telepon pada 10-11 Januari 2024.
Dengan metode tersebut, margin of error survei diperkirakan kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Berikut elektabilitas capres-cawapres menurut LSI:
- Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka: 47,0 persen
- Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar: 23,2 persen
- Ganjar Pranowo-Mahfud MD: 21,7 persen.
Indikator Politik Indonesia
Hasil survei yang dilaksanakan Indikator Politik Indonesia pada 28 Januari-4 Februari 2024 menunjukkan, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, memiliki elektabilitas tertinggi.
“Hasilnya Bapak Ibu sekalian, kalau kita pakai simulasi surat suara, itu Pak Prabowo-Gibran 51,8 persen,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, Jumat (9/2/2024).
Menurut hasil survei, pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar punya elektabilitas 24,1 persen, sedangkan pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD angka keterpilihannya 19,6 persen.
“Dan masih ada 4,5 persen pemilih responden kita yang waktu kita survei megnatakan tidak tahu tidak jawab,” ujar Burhanuddin.
Burhanuddin menuturkan, hasil survei di atas membuka peluang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 untuk berlangsung dalam satu putaran lebih terbuka.
Pasalnya, tren elektabilitas Prabowo-Gibran terus menunjukkan kenaikan, sementara angka keterpilihannya saat ini sudah di atas 50 persen.
“Jadi, kalau sebelumnya mungkin probabilitas satu putaran fifty-fifty, sekarang meningkat lagi,” kata Burhanuddin.
Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa survei ini memiliki margin of error sekitar 2,9 persen sehingga elektabilitas Prabowo-Gibran secara riil bisa saja masih di bawah 50 persen.
“Tetap masih ada peluang buat terjadinya 2 putaran meskipun peluang dua putaran itu menipis seiring dengan peningkatan suara Pak Prabowo,” ujar Burhanuddin.
Survei ini dilakukan terhadap total 5.500 orang responden pemilik hak pilih pada Pemilu 2024 yang diambil menggunakan multistage random sampling.
Jumlah responden itu terdiri dari 1.200 orang yang berasal dari seluruh provinsi serta 4.300 orang responden di 18 provinsi yang mendapatkan oversample.
Survei ini memiliki margin of error +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan ukuran sampel basis 1.200 responden.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia:
- Prabowo-Gibran Rakabuming: 51,8 persen
- Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar: 24,1 persen
- Ganjar Pranowo-Mahfud: 19,6 persen.
Litbang Kompas
Di sisi lain,Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada 29 Januari-2 Februari 2024 menunjukkan bahwa masyarakat sepakat etika politik harus dijaga jelang Pemilu. Lebih dari 50 persen responden juga menilai Presiden RI Joko Widodo harus netral selama gelaran Pemilu 2024.
Sebanyak 96 persen responden sepakat bahwa etika politik harus dijaga selama penyelanggaran pemilu kali ini.
Persepsi publik ini direkam usai Presiden Jokowi menuai kontroversi karena menegaskan presiden boleh berkampanye pada 24 Januari 2024 lalu.
Ketika ditanya apakah etika politik penting untuk dijaga selama pemilu, sebanyak 63,4 persen responden menjawab sangat penting.
Sedangkan 32,7 persen responden menjawab penting.
Sebanyak 54,4 persen responden pun sepakat bahwa presiden harus netral selama penyelanggaraan pemilu.
Namun, 43,9 persen menilai Presiden Jokowi boleh berkampanye karena haknya diatur dalam undang-undang.
Sejumlah pasal dalam UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu memang mengatur hak presiden untuk berkampanye.
Namun, tindakan tersebut bertentangan dengan pernyataan Presiden Jokowi sebelumnya soal pentingnya netralitas penyelenggara negara ketika pemilu.
Sementara, berbagai pihak menyorot kecenderungan Jokowi untuk berpihak pada salah satu paslon.
Terlebih lagi, anaknya, Gibran Rakabuming Raka mencalonkan diri sebagai cawapres Prabowo Subianto.
Sebanyak 63,2 persen responden pun bersepakat bahwa ketidaknetralan presiden dalam pemilu akan memperburuk demokrasi Indonesia.
Sedangkan 55,3 persen responden sepakat bahwa ketidaknetralan presiden termasuk tindakan tidak etis.
Sementara itu, 50,9 persen responden sepakat dengan pernyataan bahwa, jika presiden tidak netral atau mendukung paslon tertentu, pemilu berpotensi berlangsung secara tidak adil.
Pengumpulan pendapat melalui telepon ini dilakukan oleh Litbang kompas pada 29 Januari-2 Februari 2024.
Sebanyak 510 responden dari 34 provinsi berhasil diwawancara.
Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.
Apakah Ahok Berdampak pada Suara Ganjar-Mahfud?
Baru-baru ini jagat media sosial diramaikan dengan pernyataan menohok Politisi PDIP Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kepada nenek 82 tahun yang mendukung Paslon 02 Prabowo-Gibran bahwa kalau tidak sesuai harapan nantinya bisa menyesal sampai mati.
Pada video yang beredar di Tiktok itu memperlihatkan ketika Ahok melakukan tanya jawab dengan seorang ibu atau oma yang berusia 82 tahun. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, khususnya di akun TikTok @halim_tambari, terdapat seorang wanita lanjut usia yang menyampaikan pandangannya mengenai pilihan calon presiden dan wakil presiden.
Berbeda dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, wanita ini mendukung pasangan nomor urut 02, Prabowo-Gibran. Ia membagikan perspektifnya mengenai peristiwa Trisakti tahun 1998 dan menyoroti keterlibatan Prabowo Subianto dalam peristiwa tersebut.
Lebih lanjut, wanita tersebut mengaitkan diskusi mengenai kerusuhan Tanjung Priok, di mana Mayjen TNI Pur. Pranowo terlibat karena mengikuti instruksi dari atasannya.
“Waktu dia dibuka perkara dia minta doa, dia lolos. Memang mereka semua dari atasan, anak buah dikerahkan semua. Dia takut karena instruksi atasannya. Bebas,” ujar oma tersebut dalam video yang diunggah pada Senin (05/02/2024).
Wanita tersebut dalam konteks ini menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak fair terhadap perlakuan yang berbeda antara Pranowo dan Prabowo. Dia bertanya, “Tetapi Prabowo, kenapa dibawa-bawa sampai sekarang?” Ia merasa bahwa Prabowo sering kali menjadi sasaran tuduhan dan fitnah yang tidak berdasar.
Dengan mengakhiri pembicaraannya, ia menyampaikan pandangan mengenai pentingnya pengampunan dalam keyakinan Kristennya.
“Sebagai orang Kristen, kita musti mengampuni, orang bisa berubah kan. Ya kita juga jangan sampai menyimpan dosa orang sampai malam, begitu firman Tuhan.” ungkap oma tersebut dalam pandangannya melihat sosok Calon Presiden No Urut 2, Prabowo Subianto yang sering kali diterpa oleh tuduhan-tuduhan tersebut.
Ahok pun langsung menjawab pernyataan sekaligus pertanyaan dari seorang oma tersebut. Dia memulainya dengan pernyataan contoh bahwa adik perempuannya pun tidak mau memilih Ganjar dan lebih memilih Prabowo karena pada 2009 lalu, Megawati pun sempat memilih Prabowo menjadi cawapresnya.
Lanjut Ahok, dia menjabarkan bahwa sejak awal memang Megawati sudah mengampuni, namun terkait dengan pemilihan presiden, Ahok memiliki alasan lain mengapa dirinya tidak memilih Prabowo. “Kita tidak mau pilih orang yang sudah tidak sehat, kita tidak mau pilih orang yang emosional, kita tidak mau pilih orang yang tidak terbukti bisa kerja,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut sembari menunjukkan kekhawatirannya apabila nantinya Gibran yang naik menjadi presiden.
Menyela percakapan Ahok, oma menjawab bahwa justru apabila Gibran Rakabuming Raka yang nantinya menjadi suksesor Prabowo, maka hal itu bagus. Hal ini dibantah oleh Ahok sambil melayangkan argumen bahwa jawaban ibu tersebut bisa diperdebatkan oleh dirinya. Namun, karena ibu tersebut berusia 82 tahun maka dirinya tidak mau mendebat.
Ahok pun melanjutkan pernyataannya dan mengkritisi kinerja Wali Kota Surakarta tersebut, sekaligus menyinggung mantan tandemnya di Pilgub DKI Jakarta, Joko Widodo yang kini menjadi Presiden RI 2019-2024 tersebut. “Di mana ada bukti Gibran bisa kerja selama wali kota, terus ibu kira Pak Jokowi juga bisa kerja? Makanya saya bisa berdebat itu, saya lebih tahu. Saya nggak enak ngomong depan umum.” ujar Ahok.
Di akhir video, Ahok menyebut kepada oma tersebut bahwa apabila oma tersebut memilih pasangan 02, maka apabila Prabowo-Gibran terpilih tidak sesuai harapan oma tersebut. Ahok mengingatkan bahwa ibu tersebut akan menyesal sampai mati. “Ibu bawa mati penyesalan. Silakan ibu bawa mati penyesalan. Dan saya tidak mau bawa mati penyesalan,” ungkap Ahok.
Puspenpol: Pernyataan Ahok Sangat Disayangkan, Berpotensi Menggerus Suara Elektoral Ganjar-Mahfud
Direktur Strategis Pusat Penerangan Politik (Puspenpol) Adrian Zakhary menilai bahwa saat ini marwah Jokowi diserang dengan begitu kerasnya dari orang-orang yang justru pernah ia bantu selama pemerintahannya. Tidak hanya itu serangan juga menyasar kepada mereka yang terafiliasi dan mendukung pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran.
“Presiden Jokowi saat ini banyak dikhianati orang-orang yang dulu beliau bantu dan dukung. Demi memenangkan kontestasi, semua cara dilakukan termasuk menyerang secara membabibuta sosok dan marwah pak Jokowi, serta semua orang dan kelompok yang terafiliasi atau mendukung pasangan 02,” kata Adrian Zakhary pada Selasa, (06/02/2024) di Jakarta.
Ia juga menuturkan bahwa dari hasil pantauan Puspenpol di TikTok, video viral Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama dengan lansia berumur 82 tahun menerima respons negatif dari netizen.
Para netizen menyayangkan pernyataan Ahok yang bicara dengan nada tinggi dan arogan kepada lansia tersebut. Apalagi, Ahok yang kini menjadi salah satu amunisi Ganjar-Mahfud dinilai melakukan offside dan berpotensi menggerus elektabilitas suara pasangan tersebut di kalangan voters yang menjadi swing voters dan kelompok minoritas.
“Dari hasil pantauan Puspenpol di TikTok, Video Viral FYP Pak Ahok dengan seorang lansia berusia 82 tahun mendapat respons negatif dari Netizen TikTok. Netizen menyayangkan sikap Pak Ahok yang berbicara dengan nada tinggi dan arogan dengan ibu itu. Hal ini juga berpotensi menggerus suara Ganjar Mahfud khususnya dari segmen kelompok minoritas,” tuturnya.
Adrian juga menambahkan bahwa sikap Ahok yang menjelekkan Jokowi dan Prabowo juga disayangkan oleh netizen, mengingat Ahok dulu pernah maju sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta bersama Jokowi juga mendapat dukungan dari Prabowo Subianto.
“Banyak Netizen juga menyayangkan sikap Ahok yang menjelekkan Presiden Jokowi dan Pak Prabowo, padahal Ahok dulu maju di DKI Jakarta bersama Pak Jokowi didukung oleh Pak Prabowo juga kan, dan bisa jadi Gubernur juga menggantikan Pak Jokowi,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Direktur Strategis Puspenpol itu juga menyayangkan sikap Ahok yang pernah menerima jabatan sebagai Komisaris Pertamina setelah keluar penjara, namun kini justru menyerang pemerintah dan Jokowi.
“Beliau bebas penjara waktu itu juga masih diberi kesempatan untuk menjadi Komisaris Utama Pertamina berkat kepercayaan Pak Jokowi mengingat kinerja Ahok sebelumnya. Namun kini disayangkan, karena Pilpres pak Ahok menjadi penyerang pemerintah dan sahabatnya sendiri, orang yang banyak mendukung dan membantunya, orang itu adalah Pak Jokowi,” tandasnya.
(*/tribun-medan.com)