Sirekap KPU adalah sistem informasi rekapitulasi suara yang digunakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menghitung dan menampilkan hasil pemilihan umum 2024. Namun, sistem ini menuai banyak kritik dan kontroversi karena dianggap tidak akurat, berbahaya, dan bermasalah.
Salah satu yang mengkritik Sirekap KPU adalah Roy Suryo, seorang pemerhati telematika yang juga mantan Menteri Pemuda dan Olahraga.
Dalam sebuah opini terbuka, Roy menyebut Sirekap KPU punya kelebihan dalam artian sarkastis, yaitu lebih tidak akurat dan lebih berbahaya.
Roy menilai Sirekap KPU gagal dalam menggunakan sistem OCR (Optical Character Recognition) dan OMR (Optical Mark Reader) yang bertujuan untuk mengonversi data formulir C1 dari TPS ke aplikasi secara otomatis.
Akibatnya, terjadi banyak kesalahan baca angka, seperti 1 menjadi 7 atau 4, atau muncul algoritma yang menambahkan suara secara otomatis ke kolom paslon tertentu.
Roy juga menemukan bahwa Sirekap KPU terhubung dengan server yang berlokasi di luar negeri, seperti China, Singapura, dan Prancis.
Hal ini menurutnya sangat berbahaya karena berpotensi membocorkan data vital pemilu yang seharusnya berada dan diatur di Indonesia. Roy menunjukkan bahwa IP address Sirekap KPU terhubung dengan Alibaba Cloud, sebuah layanan penyedia internet yang dimiliki oleh perusahaan raksasa China, Alibaba Group.