Kubu calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, diyakini tengah berupaya merayu partai-partai politik di luar koalisi untuk bergabung ke gerbong mereka.
Upaya ini tidak hanya ditujukan kepada partai-partai skala menengah, tetapi juga partai politik besar seperti PDI Perjuangan.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, lingkaran istana dan Prabowo sendiri sedang berusaha mendekati PDI-P agar bersedia mendukung pemerintahan Prabowo ke depan.
Ini seolah mengulangi situasi ketika PDI-P mempersilakan Prabowo masuk ke kekuasaan setelah kalah dari Jokowi pada Pilpres 2019.
Meskipun Prabowo-Gibran unggul jauh pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 menurut hasil hitung cepat, Partai Gerindra yang dipimpin oleh Prabowo berada di urutan ketiga dalam pemilu legislatif (pileg).
Perolehan suara partai berlambang garuda itu sekitar 13 persen, tak lebih besar dari PDI-P dan Partai Golkar.
Dengan hitungan demikian, Prabowo akan memiliki tingkat ketergantungan politik yang sangat tinggi demi menjaga stabilitas politik dan pemerintahannya di fase transisi awal yang seringkali penuh turbulensi.
Untuk mengamankan posisinya, Prabowo harus bisa mengumpulkan setidaknya 70 persen kekuatan politik di parlemen.
Oleh karena itu, kubu Prabowo-Gibran berusaha merangkul partai-partai di luar koalisi mereka.
Di sisi lain, situasi ini menjadi peluang bagi partai-partai menengah untuk berpaling dari koalisi lama dan memihak pada kubu pemenang.
Sebab, partai-partai kelas tengah cenderung tidak siap menghadapi risiko dan konsekuensi ekonomi-politik serta stabilitas internal ketika harus berpuasa dari kekuasaan.
Semua ini menunjukkan dinamika politik yang menarik dan peran strategis partai-partai dalam membentuk koalisi pemerintahan.
Kita akan terus memantau perkembangan selanjutnya. ***