Prabowo Subianto, mantan jenderal dan kandidat presiden yang gagal dua kali, akhirnya berhasil menjadi orang nomor satu di Indonesia setelah mengalahkan Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan umum 2024. Prabowo, yang merupakan menantu mantan diktator Soeharto, mengambil alih kekuasaan dengan janji untuk melanjutkan program pembangunan dan reformasi yang dimulai oleh Jokowi. Namun, banyak pengamat yang meragukan apakah Prabowo akan benar-benar menjadi penerus Jokowi atau justru akan membawa perubahan besar bagi Indonesia.
Salah satu lembaga yang memberikan analisis tentang dampak kepemimpinan Prabowo adalah Chartham House, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Inggris. Dalam sebuah artikel yang berjudul “Continuity Prabowo means change for Indonesia”, Direktur Asia-Pasifik Chartham House, Ben Bland, mengungkapkan pandangannya tentang bagaimana Prabowo akan memerintah Indonesia.
Bland mengatakan bahwa ia pernah bertemu dengan Prabowo pada tahun 2013, saat Prabowo masih berusaha untuk memenangkan hati rakyat Indonesia dengan retorika nasionalisnya yang keras. Prabowo mengklaim bahwa ia akan “mengguncang dunia” jika ia terpilih sebagai presiden dan akan mencegah Indonesia menjadi negara gagal.
Namun, Bland menilai bahwa Prabowo tidak memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin ia lakukan jika ia menjadi presiden. Ia hanya mengandalkan instingnya yang kuat dan pengalaman militernya, tanpa memberikan rincian tentang kebijakan-kebijakan yang akan ia terapkan.
Di bidang ekonomi, Prabowo mungkin akan melanjutkan proyek ambisius Jokowi untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta yang macet dan terancam banjir ke Kalimantan yang masih hijau. Proyek ini diperkirakan akan menelan biaya sekitar $33 miliar dan menimbulkan banyak kontroversi, baik dari segi lingkungan maupun politik.